Jakarta -Dunia makin gila, bergerak di luar nalar dan fakta sama sekali tidak dihiraukan. Di era seperti ini apakah JMSI masih diperlukan kehadirannya. Dr Totok Suryanto Wakil Ketua Dewan Pers memberi narasi out of the box dengan membuat kepanjangan JMSI bukan Jaringan Media Siber Indonesia, namun menjadi Jauh di atas Media Sosial.
Munas ke-2 yang digelar di Ballroom Accadia Hotel, malam inj (21/6) menjadi sebuah racikan dialog apik dan begiti menginspirasi. Ketua Umum JMSI mengungkapkan sebuah gugatan kecil yang begitu mengusik. "
Munas kali ini bukan sekadar ritus untuk kita hadir dan memilih Ketua, namun mari sama sama melakukan otokritik, apakah JMSI masih diperlukan atau tidak," ujar Teguh Santosa. Ungkapan yang disampaikan Ketua JMSI itu bukan tanpa alasan. Karena menilik petikan kritis yang disampaikan pada sebelumnya, seperti sambutan Wakil Ketua Dewan Pers Dr Totok Suryanto, saat ini Pers perlu melakukan koreksi juga konsolidasi. "Dewan Pers punya kewajiban mendorong ekosistem Pers berkontribusi bagi meningkatkan profesionalisme dan kemerdekaan Pers itu sendiri," ujar Totok.Sejurus dengan dinamika tersebut, Wamen Komdigi yang juga mantan jurnalis Dr Nezar Patria mengatakan, komunitas Pers perlu lebih bijak menyikapi dinamika eksteem saat ini. Dia menyebut analogi yang begitu mencengankan, yakni tentang maraknya fenamena bertumbuhnya macan informasi dengan hadirnya Artoficial Inteligence atai AI. Arus informasi yang marak dengan hadirnya macam baru bernama AI. "Apakah kita sebagai penunggangnya (AI) dapat melewati fase kritis ini, atau justru tergelincir dari punggungnya," ungkap Nezar Patria.
Hadir dan menyuguhkan asupan strategis bagi jajaran Pengurus Pusat dan pengurus JMSI daerah, Gubernur Lemhanas Dr Tb Ace H Syadzily mengatakan, organisasi ini (JMSI) masih sangat relevan dan penting menjadi pilar komunikasi dan informasi ke depan. Satu pesan yang disampaikan Gubernur Lemhanas adalah agar seluruh insan JMSI dapat terus meningkatkan profesionalisme juga kompetensi yang lebih berkualitas.
Munas JMSI ke-2 yang akan berlangsung hingga besok (22/6) dihadiri sejumlah tokoh lintas bidang dengan beragamperspektif tentang Pers Indonesia. Mereka antar lain pengamat politik Dr Hendri Satrio, juru bicara abadi Gus Dur, Dr Adi Masardi, Kepala Diskominfo DKI, dan tokoh politik juga sejumlah elit Partai Politik. red
Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di
Google News