Beijing, Tiongkok — Suasana hangat penuh nostalgia terasa di Kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Beijing, ketika Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) RI untuk Republik Rakyat Tiongkok dan Mongolia, Bapak Djauhari Oratmangun, menerima kunjungan sejumlah sahabat lamanya yang juga merupakan tokoh-tokoh senior dalam dunia diplomasi Indonesia.
Djauhari Oratmangun, sosok berdarah Maluku dan Kawanua (Sulawesi Utara), dikenal sebagai figur yang ramah dan memiliki jaringan luas di kalangan diplomat. Ia didampingi sang istri, Ibu Wiwik Oratmangun asal Wonosobo, Jawa Tengah, dalam tugasnya di Beijing. Pasangan ini dikaruniai tiga anak — dua putra dan satu putri.
Kunjungan silaturahmi ini dihadiri oleh beberapa duta besar dan diplomat senior yang pernah sama-sama bertugas di berbagai perwakilan RI, termasuk KBRI Den Haag, Belanda. Mereka antara lain:Elias Ginting, Duta Besar RI untuk Finlandia dan Estonia, yang juga dikenal sebagai abang kandung Dr. Franciscus Ginting.Al Busyra Basnur, Duta Besar RI untuk Ethiopia, yang sebelumnya berkarier sebagai jurnalis.Nadjib Riphat Kesoema, mantan Duta Besar RI untuk Australia dan Belgia.
Baca Juga:
Rudhy Chaidir, mantan Atase Imigrasi KBRI Den Haag, yang juga turut hadir dalam silaturahmi ini.Pertemuan tersebut tak sekadar menjadi ajang nostalgia, melainkan juga momentum memperkuat jaringan antar diplomat senior Indonesia yang memiliki pengalaman luas di berbagai kawasan dunia. Bapak Djauhari Oratmangun mengungkapkan rasa bahagianya atas kedatangan para sahabat, terutama karena banyak dari mereka memiliki jejak karier bersama di Eropa, khususnya Belanda."
Silaturahmi ini membawa kenangan masa lalu, semangat persaudaraan, dan komitmen kita bersama untuk terus mengharumkan nama Indonesia di mata dunia," ujar Djauhari Oratmangun dalam suasana santai namun penuh makna.
Dalam catatan personal yang menyertai momen ini, seorang sahabat yang menyebut dirinya "Jusuf Si Harimau dari Sumatra", menyampaikan refleksi pribadi. Meski tengah mengalami kondisi fisik yang tidak mudah karena kecelakaan, ia tetap merasa sebagai "manusia paling bahagia di atas dunia ini" karena rasa syukur yang mendalam dan kebersamaan dengan para sahabat diplomat yang ia kenal dekat..
Baca Juga:
"Bahagia itu datang kalau kita selalu bersyukur penuh keikhlasan hati," tulisnya dalam narasi yang emosional dan menyentuh.
Silaturahmi ini menjadi bukti bahwa persahabatan dan pengabdian kepada negara mampu melampaui batas ruang dan waktu. Para duta besar ini menunjukkan bahwa di balik diplomasi tingkat tinggi, tersimpan nilai-nilai kekeluargaan, penghargaan atas sejarah bersama, dan semangat saling mendukung yang tak lekang oleh usia maupun jarak.Rel
